1. Perang Pasifik Perang Eropa kemudian berubah menjadi Perang Dunia II, setelah Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu membentuk Persekmakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. (Lihat Gb. 2.4). Jepang dengan mudah menguasai daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara. Seolah-olah, Jepang tidak mendapat perlawanan yang berarti dari negara-negara Barat (Inggris, Perancis, Belanda, dan Amerika Serikat) untuk menguasai daerah-daerah Asia Tenggara. Jepang mulai mengalami kesulitan, setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942. Pada bulan Agustus 1942, pasukan Amerika Serikat mendarat di Guadalkanal (Kepulauan Solomon) dan pada bulan Februari 1943, tentara Jepang telah dipukul mundur dari sana dengan menderita kerugian yang sangat besar. Sejak tahun 1943, Jepang harus merubah strategi perangnya dari ofensif (menyerang) menjadi defensif (bertahan). Pendek kata, kendali Perang Pasifik mulai dipegang Amerika Serikat. Artinya, Amerika Serikatlah yang menentukan waktu serangan akan dilakukan. Sedangkan Jepang sebagai pihak yang mulai terdesak hanya bisa menunggu dan berusaha untuk mempertahankan wilayah yang telah didudukinya.
Gambar. 2.4 Perang Dunia II di Lautan Pasifik dan Daerah Pendudukan Jepang di Asia-Pasifik
Bab II. Perang Dunia II dan Pengaruhnya Bagi Indonesia 23
2. Menjelang berakhirnya Perang Pasifik dan Pengaruhnya bagi Indonesia Jepang secara perlahan, tapi pasti harus mengakui keunggulan Amerika Serikat di setiap medan pertempuran. Pada bulan Februari 1944, pasukan Amerika Serikat berhasil mengusir tentara Jepang dari Kwayalein di Kepulauan Marshall. Pasukan Sekutu terus bergerak menuju ke Jepang sebagai pusat kekuatannya. Pada bulan Juni 1944, pasukan pengebom B-29 Amerika Serikat mulai berhasil melumpuhkan pasukan Jepang di beberapa daerah yang strategis. Bahkan, Angkatan Laut Jepang berhasil dilumpuhkan oleh pasukan Sekutu di Laut Filipina. Pada bulan Juli 1944, Jepang harus kehilangan pangkalan Angkatan Laut di Saipan (kepulauan Mariana). Ketika pasukan Jepang kewalahan menghadapi pasukan sekutu, Jepang kemudian berusaha mendapatkan dukungan dan bantuan daerah jajahan untuk keperluan perang. Oleh karena itu Jepang kemudian mengadakan mobilisasi politik dan ekonomi wilayah jajahan, termasuk wilayah jajahan Indonesia. Mobilisasi politik dilakukan dengan cara membentuk organisasi militer dan semi militer. Organisasi militer dan semi militer itu antara lain Heiho, Pembela Tanah Air (PETA), Jawa Hokokai, Gerakan Tiga A dan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Semua organisasi itu dibentuk oleh Jepang dengan harapan dapat mendukung Jepang dalam perangnya melawan pasukan sekutu. Di samping itu, untuk semakin menarik simpati rakyat Indonesia agar mendukung Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang memberikan ‘janji kemerdekaan di kemudian hari’. Indonesia pun dijanjikan akan diberikan kemerdekaan di kemudian hari. Untuk itu Jepang kemudian membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Dalam bahasa Jepang BPUPKI disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Untuk melanjutkan tugas-tugas persiapan kemerdekaan Indonesia, BPUPKI kemudian diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam bahasa Jepang PPKI disdebut dengan Dokuritsu Junbi Inkai. Untuk semakin meyakinkan rakyat Indonesia, Komando Tentara Jepang wilayah Selatan menyepakati bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal 7 September 1945. Bahkan, beberapa pemimpin Indonesia (diantaranya Sukarno) diundang pemerintah Jepang untuk menerima informasi tersebut.
Gambar 2.5 Salah satu pertempuran di laut Pasifik antara Jepang dan Sekutu (Sumber: PK. Ojong, 2001).
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX24
Sedangkan mobilisasi ekonomi dilakukan dengan memaksa penduduk untuk menyerahkan kekayaannya guna kepentingan perang, demi kemakmuran bersama. Setiap penduduk diwajibkan menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barangbarang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha-usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian). Mobilisasi politik dan ekonomi yang dilakukan Jepang cukup berhasil, tetapi tidak cukup untuk menghadapi serangan pasukan Sekutu. Pasukan Jepang pun akhirnya mengakui keunggulan pasukan sekutu. Apalagi setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom oleh Amerika Serikat. Kota Hiroshima di bom pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945.. Sebelum sempat memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Sementara perang yang terjadi di daratan Eropa sudah lebih dulu berakhir dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu pada 7 Mei 1945.
0 komentar:
Posting Komentar