Rabu, 16 November 2016
Home »
» Naiknya Orde Baru
Naiknya Orde Baru
Naiknya Orde Baru
Sejak dikeluarkannya Supersemar, pemerintah mencoba
untuk menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Upaya penataan
tersebut difokuskan pada lembaga pemerintahan. Pada
pelaksanaannya, penataan tersebut berimbas pada jatuhnya
Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai pemegang kekuasaan.
Sebagai tindak lanjutnya dilakukan reorganisasi MPRS.
MPRS yang pada masa demokrasi terpimpin tidak dapat
melaksanakan kedaulatan rakyat karena cenderung tunduk
pada kebijakan pemerintah, diupayakan agar kedudukannya
sebagai lembaga tertinggi negara dapat pulih. Selanjutnya
guna menciptakan stabilitas politik, MPRS mengadakan
Sidang Umum yang ke-4 di Jakarta pada tanggal 20 Juni
sampai 5 Juli 1966.
Keputusan penting yang dihasilkan dalam Sidang Umum
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan Supersemar sebagai ketetapan MPR.
2) Mengembalikan kedudukan seluruh lembaga negara
pada posisi yang diatur dalam UUD 1945.
3) Menetapkan rencana penyelenggaraan pemilu selambatlambatnya
pada 5 Juli 1968.
4) Mencabut ketetapan MPRS yang mengangkat Ir. Soekarno
sebagai presiden seumur hidup.
5) Menetapkan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya.
6) Menetapkan pelarangan penyebaran ajaran Marxisme
dan komunisme di Indonesia.
7) Menetapkan sumber tertib hukum RI dan tata urutan
peraturan perundang-undangan RI.
8) Menetapkan penegasan kembali politik luar negeri RI.
Dengan Surat Perintah 11 Maret
1966 dimulailah koreksi total atas
penyelewengan yang dilakukan
oleh Orde Lama serta usaha
untuk menegakkan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Atas dasar itu,
tanggal 11 Maret dijadikan
sebagai hari lahirnya Orde Baru.
Supersemar merupakan tonggak
lahirnya Orde Baru.
Wawasan Sosial
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 73
Untuk memperbaiki lembaga pemerintahan, Kabinet
Dwikora Yang Disempurnakan dibubarkan dan sebagai
gantinya dibentuk Kabinet Ampera (Amanat Penderitaan
Rakyat). Kabinet ini dibentuk untuk menjamin pelaksanaan
Tritura di bidang sosial, politik, dan ekonomi. Kabinet
Ampera diresmikan pada 28 Juli 1966 untuk masa kerja dua
tahun. Kabinet Ampera masih berada di bawah Presiden
Soekarno, namun dalam pelaksanaannya Soeharto sebagai
pemegang mandat Supersemar ditempatkan sebagai ketua
presidium yang memimpin kabinet. Akibatnya, terjadi
dualisme kepemimpinan nasional. Di satu sisi, Soekarno
masih memegang jabatan presiden, sedang di sisi lain
Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan.
Namun, pada tanggal 7–12 Maret 1967 MPRS menyelenggarakan
Sidang Istimewa untuk meminta pertanggungjawaban
Presiden Soekarno. Pidato jawaban presiden atas tuntutan
MPRS yang diberi judul Nawaksara ditolak MPRS sehingga
Presiden Soekarno harus turun dari jabatannya. Peristiwa
tersebut melapangkan jalan bagi Soeharto sebagai orang yang
dianggap paling berjasa dalam penanganan peristiwa G 30S/
PKI. Kemudian MPRS mengangkat Soeharto sebagai Pejabat
Presiden RI. Akhirnya, dalam Sidang Umum MPRS 21–30
Maret 1968 secara resmi mengangkat Soeharto sebagai
Presiden RI. Maka, kekuasaan panjang Soeharto di Indonesia
selama 32 tahun pun dimulai.
0 komentar:
Posting Komentar